Artikel
Pengembangan Pembelajaran Literasi Membaca untuk Meningkatkan Daya Baca Siswa
PISA mengukur kemampuan siswa dalam bidang literasi yakni literasi matematika, literasi sains, dan literasi membaca. Kurun waktu 2012-2015, literasi membaca hanya naik 1 poin dari 396 poin menjadi 397 poin. Karakter soal PISA yang menggunakan HOTS menjadi kendalanya. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa siswa di Indonesia memiliki daya baca yang masih relatif rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran literasi membaca yang mampu meningkatkan daya baca siswa, dengan memaksimalkan peran pustakawan. Teori yang digunakan adalah teori pembelajaran literasi membaca, peningkatan daya baca dan kemampuan membaca, bacakilat, membaca kritis, dan peran pustakawan. Metode penelitian menggunakan metode penelitian pengembangan. Sumber data dari kajian pustaka, pembuatan desain dan analisis data dengan mengkolaborasikan teori-teori, serta validasi desain dengan berdiskusi dengan Guru Bahasa Indonesia. Revisi dilakukan menurut hasil diskusi. Uji coba produk dengan melakukan pre-test, pembelajaran, post-test pada sampel 50 orang. Pengambilan sampel melalui purposive sampling. Pre-test dan post-test menggunakan soal Bahasa Indonesia untuk tryout PISA dari Puspendik. Hasil penelitian menunjukkan pengembangan desain pembelajaran literasi membaca terdapat pada perluasan skemata dengan mengajarkan teknik membaca bacakilat dan membaca kritis. Dari uji coba produk didapatkan data 41 orang mengalami kenaikan skor, 9 orang mengalami penurunan skor. Kenaikan skor tertinggi 29.34, penurunan skor tertinggi 19.90, dan rata-rata kenaikan skor adalah 9.00. Berdasarkan hasil ujicoba produk, desain pengembangan berhasil meningkatkan skor yang dalam hal ini mewakili daya baca. Peran pustakawan dalam pembelajaran literasi membaca adalah sebagai administrator, manajer, supervisor, edukator, dan motivator.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain