Skripsi
Keteladanan Rasul dalam al Qur'an Surat al Ahzab ayat 21 : Studi komparatif antara al Qurthubi dan Quraish Shihab
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah 1) bagaimana perbedaan penafsiran al-Qurthubi dengan Quraish Shihab mengenai Uswatun Hasanah Nabi dalam surat al-Ahzab ayat 21. 2) bagaimana kriteria Rasul menjadi Uswatun Hasanah.rnTujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan data penafsiran dua mufassir yang berbeda pendapat mengenai hal meneladani Nabi dalam hal akhirat dan dunia. Selain kedua mufassir tersebut ada juga mufassir lain yang mendukung perbedaan di antara keduanya, namun itu hanya secara global. Dalam penelitian ini juga akan dipaparkan beberapa kriteria Nabi sehinga menjadi panutan bagi umat Islam khususnya dan umat manusia pada umumnya. Selain hal itu, kepribadian Nabi yang begitu luar biasa juga akan dibahas dalam penelitian ini.rnDalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan berdasarkan kepustakaan (Library Research) dengan menggunakan metode penyajian secara komparatif (muqarrin). Sesuai dengan tujuan tersebut, data primer yang digunakan berasal dari penjelasan dua mufassir yang kemudian dilakukan perbandingan, serta data sekunder yang berasal dari buku-buku lain yang relevan dengan penelitian ini. Sementara analisis dilakukan dengan menggunakan metode content analisis.rnPenelitian ini dilakukan karena adanya perbedaan pendapat antara al-Qurthubi dan Quraish Shihab mengenai meneladani Rasulullah dalam hal akhirat dan dunia. Dalam kedua mufassir tersebut masing-masing memiliki alasan tersendiri ketika umat Islam harus meneladani Nabi. Selain perbedaan pendapat kedua mufassir tersebut, terdapat pula penafsiran yang menarik untuk dibahas dalam penelitian ini, yaitu kriteria Rasulullah sehingga beliau bisa menjadi uswatun hasanah. Perbedaan pendapat dan penafsiran ini dapat menjadi problem tersendiri untuk dibahas, khususnya pada surat al-ah}za>b ayat 21.rnKesimpulan dari penelitian ini adalah pendapat al-Qurthubi dan Quraish Shihab terdapat sedikit kesamaan. Hanya saja menurut al-Qurthubi, meneladani Nabi dalam hal agama adalah wajib sedangkan dalam hal duniawi hanyalah sebuah anjuran. Sedang menurut Quraish Shihab, meneladani dalam hal dunia ataupun akhirat sama-sama dianjurkan. Kemudian mengenai penafsiran kriteria Nabi menjadi uswatun hasanah tidak lain karena IQ, EQ, dan SQ beliau yang sangat tinggi, berbeda dengan umat manusia lainnya. Dan tentunya ada beberapa tahapan sehingga beliau memiliki IQ, EQ dan SQ tinggi. rn
U-2014/TH/017 | Perpustakaan A. Yani | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain